Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik.(Foto:Investor Daily) JAKARTA – Minat investor asing terhadap pasar karbon Indonesia terus meningkat. Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengungkapkan bahwa sejumlah pembeli dari luar negeri mulai melakukan aksi beli unit karbon di Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon).
Meski pembelian tersebut dilakukan melalui perwakilan perusahaan mereka di Indonesia, hal ini menjadi sinyal positif bagi prospek perdagangan karbon nasional ke pasar global.
“Yang kemarin terjadi adalah dari beberapa negara tetapi melalui representasi mereka di Indonesia,” kata Jeffrey dalam konferensi pers di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (21/4/2025).
Menurut Jeffrey, agar pembeli luar negeri dapat bertransaksi langsung di IDXCarbon, diperlukan kesepakatan antarnegara atau Government to Government (G2G). Proses ini penting agar unit karbon yang dihasilkan dari Indonesia diakui secara resmi oleh negara asal investor.
Saat ini, Indonesia sedang menjajaki kerja sama G2G dengan sejumlah negara seperti Singapura dan Jepang.
“Selain recognition agreement, harus juga dilakukan di level G2G agar unit karbon dari Indonesia itu bisa diakui di negara yang bersangkutan,” jelasnya.
Untuk memperluas akses investor global, BEI akan merevisi regulasi terkait pengguna jasa di IDXCarbon, khususnya untuk mempermudah proses onboarding pengguna jasa asing.
“Dari Bursa, yang akan kita lakukan adalah merevisi peraturan tentang pengguna jasa terutama untuk proses onboarding,” ujar Jeffrey.
Beberapa syarat administratif akan disederhanakan tanpa mengurangi kualitas verifikasi identitas (Know Your Customer/KYC). Misalnya, persyaratan Legal Entity Identifier (LEI) kemungkinan besar akan dihapus karena dianggap tidak relevan untuk transaksi karbon.
“LEI itu lebih untuk transaksi efek. Di perdagangan karbon mungkin tidak perlu,” tambahnya.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menegaskan bahwa IDXCarbon kini mendapat perhatian dari pemilik proyek karbon internasional yang tertarik memperdagangkan kredit karbonnya di Indonesia.
“Fokus kami saat ini adalah membuka perdagangan unit karbon Indonesia kepada audiens internasional selebar-lebarnya,” ujarnya.
Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, IDXCarbon mencatat nilai transaksi sebesar Rp77,91 miliar dengan volume mencapai 1.598.703 ton ekuivalen CO₂ (tCO₂e) per 17 April 2025. Capaian ini melampaui total volume sepanjang 2023 dan 2024 yang masing-masing hanya mencapai 494.254 tCO₂e dan 413.764 tCO₂e.
Jumlah pengguna jasa IDXCarbon pun melonjak drastis hingga 587 persen, dari 16 partisipan saat peluncuran menjadi 111 pengguna per April 2025.
Pada 20 Januari 2025, Indonesia mencetak sejarah dengan meresmikan Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon melalui IDXCarbon. Acara ini melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan PT BEI.
Langkah ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam pasar karbon global, sekaligus membuka peluang investasi berkelanjutan di sektor lingkungan.(ant)
Tidak ada komentar